Fakta Bekasi, CIKARANG PUSAT – LSM Kompi menduga Contract Change Order (CCO) pada tahap 1 pembangunan gedung squash dengan nilai Rp8,7 miliar lebih, terjadi manipulasi laporan. Manipulasi tersebut untuk mengurangi batas maksimal biaya perubahan kontrak sebesar 10 persen dari nilai kontrak dan proses pencairan pekerjaan bisa 100 persen. Sebelumnya, LSM Kompi memiliki data bahwa CCO gedung squash tahap 1 sebesar Rp1,9 miliar atau sekitar 21 persen dari nilai kontrak.
Ketua umum LSM Kompi Ergat Bustomy mengungkapkan, kesalahan pada pembangunan gedung squash dimulai sejak awal perencanaan. Pada perencanaan, pondasi direncanakan memiliki kedalaman hingga 22 meter tanpa melakukan sondir tanah. Sehingga pada pelaksanaan baru dilakukan sondir sekitar bukan Oktober 2024, namun laporannya dibuat pada Agustus 2024. Berdasarkan hasil sondir, titik keras berada dikedalaman 9,4 meter.
“Beginilah kalau dinas non teknis mengerjakan pekerjaan tekhnis. Gimana bisa perencanaan dibuat kira-kira, sehingga banyak terjadi perubahan saat pelaksanaan. Kami banyak temukan pergantian pekerjaan (manipulasi) agar pekerjaan terlaksana 100 persen dan pencairan pekerjaan 100 persen. Sondir itu dilakukan pada Oktober, tapi laporannya dibuat dibulan Agustus 2024,” beber Ergat.
Dibeberkan, pondasi gedung squash rata-rata memiliki kedalaman sekitar 5-7 meter. Hasil sondir dikedalaman 9,4 meter, sangat jauh dari perencanaan awal yang mencapai 22 meter. Kompi menduga, laporan pekerjaan ini pasti berbeda agar tidak ada biaya yang dikembalikan. Belum lagi, perubahan material atap bangunan dan struktur bangunan lantai 2 yang juga mengalami banyak perubahan.
“Karena ada keraguan dari hasil pancang cuma dapat rata-rata 7 meter dengan daya tekan 250psi. Atas dasar apa konsultan perencana merencanakan dengan kedalaman 22m,..? apakah konsultan perencana sudah melakukan kajian kontur sifat tanah dengan cara mengambil sample tanah dan menguji nya di Labotorium?. Ini selisihnya yang sangat jauh sekali dengan Pelaksanaan dilapangan (7m – 22m) yang mengakibatkan terjadinya pertukaran item pekerjaan (CCO). Kami meminta kepada aparat penegak hukum untuk memeriksa pekerjaan ini, dan untuk bupati terpilih kami mengingatkan untuk mengevaluasi dinas non tekhnis untuk tidak melakukan pekerjaan tekhnis, karena akan banyak persoalan nantinya. Kenapa Disbudpora tidak seperti Disdik, yang tidak melaksanakan pekerjaan membangun gedung sekolah dan diserahkan ke dinas tekhnis,” katanya.
Sebelumnya, dalam proses perencanaan pembangunan gedung squash tahap 1 ditemukan banyak persoalan. Mulai dari kedalaman tiang pancang yang jauh berbeda saat perencanaan dan pelaksanaannya, sampai dugaan adanya manipulasi volume pada setiap pekerjaannya. Besaran CCO pada kegiatan tersebut juga diduga melebihi 10 persen dari nilai kontrak.
Jumlah CCO terbesar ada pada pondasi, potong tiang pancang dan atap bangunan yang mencapai nilai Rp1 miliar lebih. Sehingga, untuk mengakali laporan, dilakukan penambahan pekerjaan seperti tribun, mengganti material atap bangunan dan pekerjaan lainnya. (***)