Fakta Bekasi, BALI– Penyelenggaraan bimbingan tekhnis kepala desa dan BPD se Kabupaten Bekasi di Bali tidak terkoordinasi dengan baik. Banyak peserta bimtek yang kecewa lantaran saat pelaksaan bimtek, narasumber yang dihadirkan tidak jelas. Bahkan dari mulai kedatangan, para peserta terbengkalai di bandara.
Salah satu peserta bimtek mengaku, saat kedatangannya di Bali, mereka harus menunggu jemputan yang cukup lama. Belum lagi untuk akomodasi selama perjalanan studi tiru, mereka kerap merogoh kocek sendiri untuk makan dan minum karena tidak disediakan pihak penyelenggara.
“Kita kayak terlantar disini, padahal dalam agenda kegiatannya sudah terencana, tapi kenyataannya gak seperti itu. Ini penyelenggaranya kacau banget deh, kita kan udah ngeluarin uang untuk bimtek ini, tapi pelaksanaannya kayak begini banget,” keluhnya.
Hal serupa dikatakan peserta bimtek lainnya, bahwa narasumber bimtek tidak kompeten karena dalam rundown acara berasal dari Kemendagri tapi kenyataannya tidak jelas orang dan materinya. Bahkan jika tiket bisa dikembalikan, peserta yang kecewa berencana pulang lebih awal.
“Udah gak jelas ini acara, kita juga gak tahu mau ngapain disini. Penyelenggaranya mau dapet untung aja, gak profesional. Kalau bisa juga kita mau pulang duluan, ngapain ikut acara gak jelas begini,” kata dia.
Menurut informasi yang dihimpun, para kepala desa dan BPD harus mengeluarkan anggaran Rp30 juta untuk acara bimtek. Anggaran tersebut berasal dari ADD. Namun pihak penyelenggara yang diketahui bernama Lembaga Management Indonesia (Lemindo) tidak secara profesional mengelola acara bimtek. Bahkan dalam profil media sosial Lemindo, sangat sedikit informasi kegiatan yang pernah dikerjakan. Sehingga kesan tidak profesional dalam penyelenggaraan dapat terlihat dan dikeluhkan peserta bimtek. (***)