Fakta Bekasi, SUKATANI – 22 atlet disabilitas dari berbagai cabor harus dipulangkan oleh National Paralympic Committee Indonesia (NPCI). Alasan dipulangkannya atlet tersebut yakni tidak lengkapnya administrasi atlet, efisiensi anggaran karena tahun ini tidak ada kejuaraan, promosi dan degradasi atlet yang tidak meraih medali pada Peparnas Solo 2024, pertimbangan pelatih dan pendamping, dan terakhir tindakan indisipliner atlet sehingga diberikan sanksi.
Mantan Sekretaris NPCI Kabupaten Bekasi Bustomi mengatakan, para atlet tidak dipanggil untuk pembinaan, padahal sebelumnya nama para atlet tertera untuk dilaksanakan pembinaan. Setelah tidak diberikan gaji dan uang makan, nama 22 atlet juga tidak ada dalam daftar pembinaan atlet tahun 2025.
Sebelumnya: NPCI Kabupaten Bekasi Diduga Bagi-bagi Dana Hibah 2025
“Sebelumnya sudah dipanggil tapi ternyata nama mereka sudah tidak ada lagi dalam program pembinaan. Kami bersama-sama menduga ini dilakukan karena aksi demo yang sudah kami lakukan di DPRD Kabupaten Bekasi,” ungkapnya penuh kekecewaan.
Bustomi menambahkan, para atlet yang dipulangkan adalah peraih medali emas, perak dan perunggu pada Peparda 2022 lalu, namun beberapa atlet tidak mendapatka medali pada Peparnas Solo 2024 lalu. Bustomi menilai pemulangan atlet murni karena ketidaksukaan para pengurus NPCI karena berani bersuara tentang bobroknya NPCI Kabupaten Bekasi.
“Tidak ada penjelasan dari pengurus kenapa kami tidak ada dalam list pembinaan. Padahal nama-nama atlet yang dicoret itu adalah mereka yang langganan dipanggil dan mendapatkan medalibdi kejuaraan,” katanya.
Terpisah, Humas NPCI Kabupaten Bekasi Abdur Rouf menjelaskan, pemulangan atlet disabilitas bukan dilakukan asal-asalan. NPCI memiliki tiga poin yang menjadi dasar dilakukannya promosi dan degradasi atlet, dan itu sangat wajar dilakukan untuk mencapai target yang diinginkan. Selain tidak ada turnamen atau kejuaraan tahun ini, penilaian pelatih dan pendamping serta tindakan indisipliner atlet menjadi poin penting untuk degradasi.
“Sebenarnya bukan 22 atlet, tapi 45 atlet yang tidak dipanggil kembali. Kami sudah mencoba menjelaskan ini kepada para atlet, namun mereka tidak mau mendengarkan dan justru menganggap apa yang dilakukan NPCI merupakan tindakan otoriter. Bahkan para atlet sangat tendensius dan tidak terjadi komunikasi yang baik,” terang Rouf. (red)