Fakta Bekasi, CIKARANG PUSAT – Pembangunan SDN 01 Cicau di Desa Cicau hingga kini belum ada kepastian sehinggaatap kelas terjadi ambruk. Meski demikian, Pemerintah Kecamatan Cikarang Pusat terus berupaya mendorong agar pembangunan dapat segera dilakukan.
Camat Cikarang Pusat, Endin Samsudin mengatakan di tahun 2017 lalu SDN 01 Cicau sudah mendapatkan alokasi anggaran pembangunan sebesar Rp 5 miliar dari APBD Kabupaten Bekasi. Namun pembangunan dengan perluasan lahan fasos fasom milik Lippo Cikarang tak bisa direalisasikan karena lahan tersebut belum diserahterimakan.
“Dua tahun lalu sudah dianggarkan Rp 5 miliar tetapi tidak terserap karena masalah fasos fasum (milik) Lippo Cikarang yang belum diserahkan,” kata Endin Samsudin, Kamis (07/02).
Di Musrenbang Tahun 2019, Kecamatan Cikarang Pusat juga sudah mengusulkan kembali agar pembangunan dapat dilakukan di atas lahan atau bangunan yang ada, namun tampaknya hal tersebut belum dapat direliasasikan.
“Tahun ini juga kita usulkan lagi agar dapat dibangun di tahun 2020. Kalau dianggarkan, rencana sama seperti tahun kemarin dibangun di lokasi (lahan) yang ada sekarang, jadi nanti bangunannya dibuat tingkat,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, pasca ambruknya atap bangunan SDN 01 Cicau, 120 siswa kelas IV dan V memulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di ruang olahraga (GOR) Kantor Desa Cicau, Rabu (06/02) pagi.
Para siswa dari empat rombongan belajar (rombel) ini tidak fokus, sebab suasana gor begitu panas dan menimbulkan efek gema suara. Akibatnya, siswa tidak mampu menyerap ilmu yang disampaikan.
Kepala sekolah SDN 01 Cicau Endah Sulyana mengungkapkan, tidak ada tempat lain sebagai pengganti ruang kelas yang atapnya ambruk. Karena sebelumnya, kantor guru sudah digunakan sebagai ruang belajar. Lokasi terdekat untuk belajar yakni GOR Kantor Desa Cicau.
“Berdasarkan hasil rapat dengan guru dan orangtua murid, disepakati GOR Kantor Desa Cicau yang digunakan untuk KBM. Ya memang itu yang paling mungkin kami lakukan, tidak ada tempat lain apalagi menumpang di sekolah lain,” ungkap Endah.
Ditambahkan, pihak sekolah sadar betul dengan kejadian atap bangunan yang ambruk, maka KBM akan mengalami gangguan. Para siswa tidak akan maksimal menyerap ilmu pendidikan, dan guru pun kesulitan menyampaikan materi.
“Serba salah, dan ini terpaksa kami lalukan sampai ada solusi yang lain. Sejauh ini hanya ini yang bisa kita lakukan. Tadinya ingin membuat tenda di halaman sekolah, tapi rasanya gak mungkin karena tidak etis dan tidak enak dipandang. Cuaca juga tidak mendukung,” katanya.
Meski hanya satu ruangan yang atapnya ambruk, Endah menutup semua ruangan yang terdiri dari empat ruangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari insiden, karena atap bangunan di ruang kelas lainnya juga sudah keropos.
“Kami pagari agar tidak ada siswa yang memasuki ruangan. Kami tutup semua, karena kami khawatir atap lain di bangunan yang ikutan ambruk. Kami juga belum menerima jawaban dari Dinas Pendidikan, sejauh ini juga belum ada kunjungan dari Dinas Pendidikan meski sudah dilaporkan. Kami berusaha agar KBM terus berjalan bagaimana pun caranya, meski dalam rapat Musrenbang 2020, sekolah kami menjadi prioritas. Tapi itu kan tahun depan, sementara tahun ini kami tidak mendapat anggaran,” kata dia. (FB)